Bolak-balik ditelpon berbagai perusahaan
entah dari Jakarta maupun Surabaya. Hal tersebut sepertinya juga banyak dialami
oleh lulusan (fresh graduate) yang lain. Motifnya sama yakni mau
direkrut. Dan berulang kali pula aku harus menolaknya dengan halus. Tak jarang perusahaan-perusahaan
itu tidak mau menyerah. Keesokan hari masih saja menelpon lagi. Kalau sudah
seperti itu, maka jawaban yg paling tepat adalah, “Maaf pak, saya sudah
memiliki pekerjaan tetap”. Yah, dijamin gak bakal ditelpon lagi :D. Pengalaman
yang menyenangkan. Sementara orang-orang lain pada sibuk mencari pekerjaan dan
melamar kesana kemari. Lha ini malah bolak-balik menolak pekerjaan. Guaya
tenan. Sebenarnya eman. Apalagi kalau yg nawari termasuk kategori oil
and mining companies, duh starting salary-nya itu lho, bikin galau. Ya,
aku benar-benar GALAU. Aku mau ngabdi, kok malah sering digoda.
Ada lagi. Akhir Februari 2012. Beberapa
hari setelah aku sidang skripsi pun, Pak Fanani, salah seorang dosen akuntansi,
menelponku dan bilang kalau aku dicari Pak Agus dan diminta segera menghadap ke
departemen. Pak Agus adalah ketua departemen akuntansi. Beliaulah yang dulu
memintaku untuk pindah ke English Class ketika aku masih semester 1. Dan
akhirnya, semester 2 pun aku menuruti beliau. Beliau juga orang yang suka nggojloki
aku jika tak sengaja berpapasan di kampus lantaran skripsi tak kunjung usai.
Maklum kuliahku molor hingga semester sembilan “Vick, Vick. Gak lulus lulus.
Ayo ndang cepet dimarikne skripsine.” Aku pun cuma bisa mencium tangan
beliau dan kemudian sambil tersenyum bilang, “nggeh, pak” J.
Aku sudah bisa menebak apa yang
akan menjadi bahan pembicaraan. Ya aku pun mengingat-ingat kalau setahun yang
lalu, Februari 2011, saat kuliahku masih semester 7. Kebetulan pada saat itu
aku jadi narasumber sebuah talkshow di Radio Suara Surabaya FM (SSFM) pernah
nyeletuk kalau setelah lulus mau jadi akademisi. Spontan, setelah talkshow tersebut
usai, ada 3 orang dosen dari 3 departemen yang berbeda di FEB langsung
mengirimkan pesan baik via sms maupun FB yang isinya mendukung saya untuk jadi
akademisi. Rupanya mereka secara tidak sengaja juga mendengarkan talkshow tersebut.
Ternyata benar. Begitu masuk ke ruang
departemen, Pak Agus pun langsung menggiringku masuk ke suatu ruangan. Ternyata
sudah ada 3 orang dosen disana. Intinya, pak Agus dan beberapa rekan dosen memintaku
untuk bersedia mengajar di FEB UNAIR, tepatnya di D-3. Karena lulusan S-1 tidak
boleh mengajar mahasiswa S-1. Sambil mengajar di UNAIR ketika weekdays,
beliau pun juga meminta saya kuliah S-2 di UB Malang ketika weekend. Godaan
dari kampus ini juga menarik. Dan aku pun GALAU lagi. Aku mau ngabdi, kok malah
terus digoda.
“Bentar, pak. Tapi saya setelah
lulus dari kampus ini punya kewajiban untuk kembali ke pondok dan mengabdi
disana”, kataku. Pak Agus dan dosen yang lain pun mafhum akan hal itu tapi mereka
tetap bersikukuh untuk merekrut dan bahkan bersedia untuk menyesuaikan jadwalku
di kampus dengan jadwal di pondok nantinya. Yang penting aku mau kembali ke kampus.
Aku belum bisa memberikan jawaban. Karena bagaimanapun juga aku harus sowan ke
pengasuh terlebih dahulu.
Segera setelah itu, aku pun sowan
ke pengasuh pondok. Singkat cerita, dengan berbagai pertimbangan, pondok pun
belum memberikan lampu hijau untuk kembali Ke kampus. Khawatir kalau waktu dan
tenagaku nantinya habis buat ngajar di UNAIR dan berkuliah di UB. Pengabdian di
pondok pun tidak akan maksimal. Baiklah, sami’na wa atho’na. Aku pun
segera menemui pak Agus dan menyampaikan maaf karena tidak bisa memenuhi
permintaan beliau. Case is closed.
Well, udah dulu deh curhat
tentang kegalauannya, selanjutnya tentang pengabdian aja. Galau jangan dibiarin
lama-lama. Secepatnya ngabdi, harus sibuk, menyibukkan diri atau sok sibuk,
pokoknya MOVE ON, nanti juga lupa kalau pernah galau :D. Saya mau ngelist dulu
apa aja kegiatan saya ketika ngabdi.
1 April 2012. Aku resmi mulai
mengabdi. Aku ngabdi di dua tempat. PP. Nurul Huda dan PP. Al-Fithrah. Nurul
Huda adalah almamaterku dulu. Pondok kecil yang terletak di sebelah timur
masjid agung Sunan Ampel. Santrinya pun sekitar 150 orang. Sebagian besar waktuku
dihabiskan di Nurul Huda. Sedangkan Al-Fithrah adalah sebuah pondok besar
dengan santri sekitar 2000 orang. Pondok tersebut adalah markas dari thoriqoh
qadiriyah naqsabandiyah yang memiliki sekitar 600 ribu jamaah. Tugas utamaku di
dua pondok tersebut adalah mengajar. Di Nurul Huda kalau ngajar pakai celana,
atasan berupa jas/kemeja/batik, dan saya dipanggil pak guru. Sedangkan di
Al-Fithrah kalau ngajar pakai sarung, baju takwa putih dan kopyah putih, dan
saya dipanggil ustadz :D.
Kebetulan April adalah bulan
dimana UN dilaksanakan. Aku pun ditugaskan untuk jadi pengawas UN di sekolah
lain. Mengawasi UN bersama-sama dengan guru-guru dari sekolah lain. Sering kali
aku mendapatkan pertanyaan, “guru baru ya mas?”, kalau dijawab iya, nanti
ditanya lagi “lulusan dari mana mas, UNESA ya?”, kalau udah dikasih tahu
lulusan dari kampus mana dan jurusan apa, muncul lagi pertanyaan susulan, “lho
masnya kok mau jadi guru? Tidak kerja di bank saja.” Saya sampai bosan untuk
menjawabnya. Hadeeehh.
Langsung saja, berikut daftar
kegaiatan saya selama di pondok. Pertama, ngajar ekonomi. Aku ngajar di
semua kelas. Kelas 1, 2 & 3 di SMA Nurul Huda. Aku juga meminta kepada
kepala sekolah untuk tidak melakukan pengadaan buku ekonomi. Karena aku
berinisiatif untuk membuatnya sendiri. Dan alhamdulillah, untuk semester gasal
buku pelajaran tersebut udah rampung, tinggal yang semester genap yg masih
dalam proses penulisan. Mumpung masih muda. Ilmu yang diperoleh di bangku
kuliah masih segar.
Kedua, menjadi wali kelas di
kelas 3 SMA Nurul Huda. Yah, kepala sekolah saya ingin kelas 3 dipegang oleh
anak muda yg enerjik. Dan sepertinya saya kelihatan enerjik :D. Saya pasrah,
apa aja yag ditugaskan ke saya, biasanya saya terima tanpa melakukan perlawanan
yg berarti. Istilahnya anak jekardah, “Lo jual, gua beli”. Sebagai wali kelas
saya harus sering-sering ngompori semangat belajar mereka. Baik untuk
menghadapi UN maupun persiapan hendak lanjut ke perguruan tinggi. Saya harus
membuka wawasan mereka selebar-selebarnya tentang pentingnya pendidikan tinggi.
Juga sebagai tempat menampung keluh-kesah mereka, nyidang murid yang bermasalah,
nginput nilai dan data-data lainnya untuk rapor yang jumlahnya mencapai ratusan
lembar, dan lain-lain.
Ketiga, ngajar bahasa inggris
di kelas 1 SMP Nurul Huda. Aduh... Ini benar-benar aku kurang telaten.
Murid-murid yang hyper aktif. Setiap kali mengajar yang saya pikirkan bukan
‘apa’ yang mau saya ajarkan, tapi ‘bagaimana’ saya mengajar. Mengajar anak SMP
jelas-jelas lebih menguras tenaga dibandingkan mengajar anak SMA. Menguasai
materi pelajaran itu mudah, nah yang sulit itu menguasai kelas. Jika aku diibaratkan
HP yg baterainya full, maka begitu selesai ngajar di kelas 1 SMP, HP tersebut baterainya
langsung nge-drop L.
Keempat, ngajar ekstra
kurikuler bahasa inggris kelas 3 Aliyah putra dan putri PP. Al-fithrah. Pengajaran
lebih ditekankan pada speaking dan reading. Beruntung setelah
siang harinya ngajar bahasa inggris di SMP kelas 1, sorenya ngajar di Aliyah
putri. Nah, karena sebelumnya baterainya udah dibikin nge-drop, pas yang ini
bolehlah disebut recharging process. LOL :D
Kelima, jadi pendamping intensive
class (English club) putra PP. Al-fithrah. Ini diperuntukkan bagi
santri putra yg senior saja. Lebih banyak diisi dengan diskusi, entah diskusi
tentang materi-materi keislaman maupun tema-tema kontemporer lainnya.
Keenam, jadi tim pengelola
website Nurul Huda. Kebetulan ada anak CSS MoRA ITS yang juga mengabdi di
pondok saya. Dia membenahi sistem administrasi di pondok, termasuk juga
merombak total website. Dia dan saya pun langsung ditunjuk oleh pengasuh untuk
menjadi pengelola utama website tersebut. Belum genap sebulan. Kami diplot menjadi
dewan redaktur, sekaligus kontributor tulisan, sekalian reporter untuk
kegiatan-kegiatan yang dihelat pondok maupun unit-unit pendidikan yang berada di
bawahnya. Untuk meringankan beban kinerja, baru-baru ini kami pun merekrut
anak-anak SMP dan SMA. Mereka saya latih tentang jurnalistik. Mengamalkan ilmu
yang dulu diperoleh ketika berkecimpung di An-Nihayah dan Warta UNAIR.
Selain itu ada lagi hal-hal
insidentil yang juga saya lakukan seperti menjadi pembimbing olimpiade. Baru
terealisasi sekali yaitu ketika membimbing anak-anak ikut olimpiade ekonomi
syariah di UNAIR. Walhasil, hasilnya belum beruntung. Tapi tidak apa-apa. At
least, sudah bisa membuka wawasan mereka untuk berkompetisi di dunia luar.
Tidak jadi katak dalam tempurung. Biar tidak seperti guru ekonominya, yang baru
merasakan yang namanya lomba/kompetisi setelah masuk ke dunia perkuliahan.
Selain itu, saya pernah juga menjadi tim persiapan akreditasi, ikut berbagai seminar
pendidikan, ikut Uji Kompetensi Guru (UKG), dan lain-lain.
Alhamdulillah pihak sekolah
maupun pondok selalu mendukung apa yang saya lakukan. Mau melakukan ini,
disetujui. Mau melakukan itu, disetujui. Saya masih memiliki beberapa rencana
kegiatan. Yakni membentuk English club di SMA Nurul Huda. Sudah disetujui
oleh kepala sekolah, tapi belum dimulai juga karena kerepotan cari waktu yg tidak
bentrok dengan kegiatan yang lain. Selain itu, saya juga ingin membentuk KIR.
Biar anak-anak punya wadah untuk membuat karya tulis ilmiah. Biar para santri
tahu tulis-menulis.
Alhamdulillah terhitung 7 bulan sudah
aku menjalani pengabdian di pondok. Ya, ini pengabdian bukan pekerjaan. Dan alhamdulillah
masih bisa hidup meskipun nggak kerja :D. Insya Allah kalau dijalani masa tiga
tahun itu singkat. Para asatidz yang telah mengabdikan dirinya selama
belasan bahkan puluhan tahun saja masih merasa belum memberikan apa-apa bagi
pondok, apalagi saya yang cuma 3 tahun berada di sini. Saya tidak tahu
kehadiran saya di sini memberikan manfaat atau tidak. Yang bisa saya lakukan
hanyalah belajar ikhlas dan terus berusaha memberikan apa yang bisa saya
berikan.
You Never Walk Alone. Saya
bukan penggemar Liverpool, tapi jujur saya sangat menyukai jargon klub yg satu
ini. Keren sekali. Memang, You Never Walk Alone. Ada teman-teman KD yang
juga saling memberikan support, dan pastinya ada Allah yang selalu membimbing
setiap langkah yang kita lalui. He Knows The Best For Us. Jalani apa yang harus
dijalani, karena janji Allah itu jelas. In tanshurullah, yanshurkum.
Ini cerita pengabdianku, ayo
bagikan cerita pengabdianmu. Glory Glory CSS MoRA UNAIR ^_^
VicVen/Accounting EC/FEB’07