Sabtu, 16 Juli 2011

Malam Nishfu Sya'ban

Malam ini adalah malam nisyfu sya’ban. Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya. Akan ada banyak orang yang berkumpul di musholla Pondok Pesantren Nurul Huda untuk bersama-sama membaca surat yasin sebanyak tiga kali. Para santri seperti biasa sudah berpakain rapi. Pakaian putih dan bersih. Mereka juga ikut membaca yasin bersama-sama dengan warga sekitar pesantren. Pemimpin yasinan kali ini adalah pengasuh pondok sendiri yaitu KH. Abdurrahman Navis. Beliau yang memimpin langsung ritual baca yasin bersama tersebut. Menurut beliau, ritual tersebut konon adalah anjuran dari imam al-ghozali yang termaktub dalam kitab ihya’ ulumuddin. Surat yasin dibacakan sebanyak tiga kali karena memang ada tiga hal utama yang ingin dipanjatkan para pembacanya kepada sang khalik pada saat malam penyerahan hasil rapor amal baik-buruk kita selama setahun ini.

Yang pertama, agar diberi iman yang kuat dan juga kekuatan untuk selalu menjaganya agar tetap membara dan bergelora di dalam dada tanpa meredup sedikitpun oleh godaan duniawi. Iman adalah dimensi terpenting dalam diri manusia. Percuma, jika manusia tersebut pintar setinggi langit, punya harta kaya nan melimpah, dikaruniai wajah elok nan rupawan namun iman tidak melekat dalam dadanya. Tanpa iman, semua amal yang dilakukan oleh seorang manusia, meskipun itu perbuatan yang amat mulia, semuanya tiada berarti di hadapan sang khalik.

Yang kedua, memohon agar dipanjangkan umur. Panjang umur bisa memiliki dua makna. Umur yang panjang secara kuantitas ataupun secara kualitas. Secara kuantitas, boleh jadi umur seseorang tersebut yang tadinya sudah digariskan hanya berkepala lima, kemudian dipanjangkan menjadi kepala enam. Atau yang lebih dahsyat lagi adalah yang secara kualitas. Misalnya, nabi besar MUHAMMAD SAW maupun ulama-ulama salafus shalih yang alim. Rasulullah sendiri harus tutup usia pada umur yang ke enam puluh tiga. Namun, namanya harum sepanjang masa. Beliau selalu dikenang oleh semua umatnya. Setiap belahan dunia pasti menyebut nama beliau. Bahkan saking terkenalnya beliau, UNESCO mencatat bahwasanya nama yang paling  banyak digunakan oleh manusia sepanjang sejarah adalah nama MUHAMMAD.

Contoh lainnya, semisal imam ghozali. Kitab karangan beliau yang amat masyhur di kalangan pesantren dikaji siang dan malam tiada henti. Dari masa ke masa. Dari generasi ke generasi. kitab tersebut selalu menggema di pojok-pojok pesantren. Mengingat “umur panjang” yang ulama-ulama besar miliki, kita jadi teringat dengan apa yang dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer. Beliau berkata, “Manusia boleh pintar setinggi langit, tapi jika ia tidak menulis, ia akan ditelan zaman”. Ya itulah alasannya mengapa orang-orang besar tetap kekal namanya meskipun mereka telah tiada. Mereka menjadi kekal dikarenakan memiliki jasa yang amat besar bagi umat atau memiliki tulisan yang bisa ditelaah dan dikaji.

Keinginan yang ketiga dari membaca yasin bersama-sama tersebut adalah agar diberikan kelancaran rizki. Rizki bukan hanya uang. Uang adalah bagian daripada rizki. Rizki dalam format lahiriyah dan batiniyah semuanya diharapkan terpenuhi. Ilmu yang bermanfaat, badan yang sehat, keluarga yang harmonis juga termasuk rizki yang kita semua harapkan ada dan selalu terjaga dengan baik dalam lindungan-Nya. Finally, setelah selesai membaca yasin sebanyak tiga kali, ustad pun sekalian memimpin jamaah sholat isya’. Sebelum beranjak pulang setelah menunaikan sholat jamaah. Satu persatu para jamaah bergantian menghampiri beliau. Ada yang sekedar bersalaman dan lebih banyak pula yang mencium tangan beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar