Senin kemarin bertepatan dgn libur imlek adalah hari untuk pertama
kalinya aku mengunjungi pondok pesantren Mawar di Lamongan. Pondok
pesantren Matholi’ul Anwar disingkat juga dgn sebutan Mawar. Mawar
adalah pondoknya yusuf, salah satu adik kelasku di CSS MoRA Unair. Sudah
lama sebenarnya dia mengajak aku untuk pergi ke pondoknya. Diawal -
awal aku sempat menolak, namun akhirnya aku mau juga pergi kesana.
Dia
pun menawarkan dua opsi kegiatan untuk dipilih. Mau ngasih pelatihan
karya tulis ilmiah atau pelatihan bisnis plan. Nah, aku pilih yg
pertama. Mengapa? Aku sudah punya materinya jadi tidak usah repot-repot
lagi buat ppt dan tinggal dipresentasikan saja, hehe. Sebagai syaratnya,
aku pun minta kepada yusuf agar peserta yg ikut pelatihan tsb haruslah
membuat karya tulis ilmiah dan dikirimkan terlebih dahulu via email biar
bisa kubaca.
Tiga hari menjelang hari H yusuf kirim sms
ngasih tahu kalau karya tulis anak-anak Madrasah Aliyah (MA) Mawar sudah
dikirim ke emailku, total ada 29 buah. Keesokan harinya aku cek email,
surel sudah masuk dan setelah dibaca sekilas, ternyata tulisan yg mereka
buat bukanlah karya tulis ilmiah tapi bisnis plan yg ditulis dgn format
karya tulis ilmiah. Waduh, piye iki. Karena anak-anak MA sudah
terlanjur membuat bisnis plan, ya akhirnya dalam tempo dua hari yg
semula rencananya mau ngasih materi karya tulis ilmiah, harus diganti
total dengan materi bisnis plan, termasuk juga membuat slides ppt apa
adanya. Terpaksa.
Hari yg ditunggu pun tiba. Acara di
ponpes Mawar akan dimulai jam 8 pagi, aku dan yusuf pun berangkat
pagi-pagi berboncengan menuju Lamongan. Di pagi hari itu berkendara
terasa agak enak, mungkin karena hari libur jadi arus kendaraan yg
melintas tidak sepadat biasanya. Jumlah truk ala optimus prime pun relatif sedikit yg terlihat. Sepeda motor pun leluasa untuk digeber kencang.
kurang
lebih dua jam perjalanan akhirnya sampai juga kami di ponpes yg
memiliki santri sekitar 500 orang tsb. Disana kami bertemu dengan ustad
fauzan, ustad yg sedari awal keukeh meminta yusuf untuk mengajakku ke
pondok tsb. Tak lama kami berbincang-bincang dgn ustad muda tsb, kami
pun segera beranjak menuju ke aula tempat berlangsungnya acara. Disana
para siswa dan siswi MA sebanyak 150 orang sudah menunggu.
Aku buka file ppt yg ada di laptop. Ya, slides ppt yg baru selesai
dibuat jam 2 pagi sebelum berangkat. Slides yg tidak menarik sama
sekali. Ala dosen banget, slides yg full dengan tulisan dan tanpa
ilustrasi gambar, dll. Maklum last-minute man. Kalau tidak mepet waktunya tidak segera dikerjakan. Walhasil, ppt jelek. Maafkan saya ustadz.
Sesi presentasi dimulai, slide demi slide pun dipaparkan, sembari diselingi pertanyaan dari para audience.
Sesi tanya jawab pun dijawab oleh yusuf dan aku secara bergantian.
Tulisan yg mereka buat beberapa cukup bagus. Cuma sayangnya kesalahan
terfatal yg mereka buat adalah menggunakan format penulisan karya
ilmiah. Namun demikian, apa yg sudah mereka lakukan tetap harus mendapat
apresiasi. Mereka pun cukup aktif bertanya. Bagiku, siswa yg Masih MA
sudah berani untuk menulis itu sudah bagus. Sudah berani mencoba itu
sudah hal yg luar biasa. Mereka butuh untuk terus didorong agar tak
perlu ragu untuk mencoba. Terus menyibukkan diri dengan membuat
kesalahan sebanyak-banyaknya, karena hanya belajar dari kesalahanlah
kemampuan seseorang akan semakin terasah. Perfection is a journey. Just
do it. Just try to experiment.
Akhirnya acara pun
berakhir. Kami kembali ke ruang asatidz. Saya pun dapat masukan dari
Ustad fauzan, beliau berujar kalau ada beberapa penyampaian saya yg
pilihan katanya “terlalu tinggi” bagi mereka. Terima kasih ustad for the suggestion.
Saya memang juga masih perlu mengasah keterampilan bagaimana
menyampaikan kepada peserta dengan bahasa yg mudah dicerna bagi mereka.
Keterampilan untuk menyampaikan apa yg kita maksud dgn bahasa yg dalam
istilah Alquran disebut dgn “Qaulan baligho”. Menggunakan bahasa yg audience-oriented. Kata-kata yg sesuai dengan tingkatan kognitif audience.
Kemampuan semacam itu adalah sebuah keterampilan. Bisa diasah hingga
mencapai level yg semakin tinggi. Duh gusti, memang butuh waktu bagiku
untuk terus belajar agar kesalahan yg sama tidak terulang lagi.
Mengutip sebuah kalimat dari salah seorang dosen dari UPI Bandung, Prof. Chaedar Alwasilah, “Exclusive intellectuals are simply ivory towers when their expertise is not understood by others.”
Seorang yg intelek itu ibarat menara gading jika kepakaran yg
dimilikinya tak mampu dipahami oleh orang lain. Na’udzubillah. Tidak ada
yg ingin menjadi menara gading, yg kita inginkan adalah menjadi
mercusuar bangsa.
Sebelum meninggalkan pondok tsb,
terlebih dahulu ustad fauzan mengajak kami berfoto-foto bersama para
siswa. Mau dimasukkan kalender katanya, haha. Sesi pemotretan selesai,
akhirnya kami pun pamit balik ke Surabaya. Sepanjang perjalanan pulang
rupanya hujan selalu mengguyur jalan. Langit agak cerah tapi hujan masih
saja turun. Hujan seperti ini kalau kata Gumiho namanya fox rain :D
Sesampainya di Surabaya, badan capek semua dan menuntut untuk segera
diistirahatkan plus membayar hutang tidur yang belum belum terbayar
lunas. Tapi ada rasa senang yg menggelayuti pikiran. Rasa senang karena
telah memberikan hal yg menurut kita tidak berarti, tapi menurut orang
lain sangatlah berarti. Alhamdulillah.
Man kaana lahu
maalun falyatashoddaq bi maalihi, wa maan kaana lahu quwwatun
falyatashoddaq bi quwwatihi, wa man kaana lahu ‘ilmun falyatashoddaq bi
‘ilmihi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar