Selasa, 29 Mei 2012

Berkunjung Sejenak ke Pondok Pesantren Mawar

Senin kemarin bertepatan dgn libur imlek adalah hari untuk pertama kalinya aku mengunjungi pondok pesantren Mawar di Lamongan. Pondok pesantren Matholi’ul Anwar disingkat juga dgn sebutan Mawar. Mawar adalah pondoknya yusuf, salah satu adik kelasku di CSS MoRA Unair. Sudah lama sebenarnya dia mengajak aku untuk pergi ke pondoknya. Diawal - awal aku sempat menolak, namun akhirnya aku mau juga pergi kesana.

Dia pun menawarkan dua opsi kegiatan untuk dipilih. Mau ngasih pelatihan karya tulis ilmiah atau pelatihan bisnis plan. Nah, aku pilih yg pertama. Mengapa? Aku sudah punya materinya jadi tidak usah repot-repot lagi buat ppt dan tinggal dipresentasikan saja, hehe. Sebagai syaratnya, aku pun minta kepada yusuf agar peserta yg ikut pelatihan tsb haruslah membuat karya tulis ilmiah dan dikirimkan terlebih dahulu via email biar bisa kubaca.

Tiga hari menjelang hari H yusuf kirim sms ngasih tahu kalau karya tulis anak-anak Madrasah Aliyah (MA) Mawar sudah dikirim ke emailku, total ada 29 buah. Keesokan harinya aku cek email, surel sudah masuk dan setelah dibaca sekilas, ternyata tulisan yg mereka buat bukanlah karya tulis ilmiah tapi bisnis plan yg ditulis dgn format karya tulis ilmiah. Waduh, piye iki. Karena anak-anak MA sudah terlanjur membuat bisnis plan, ya akhirnya dalam tempo dua hari yg semula rencananya mau ngasih materi karya tulis ilmiah, harus diganti total dengan materi bisnis plan, termasuk juga membuat slides ppt apa adanya. Terpaksa.

Hari yg ditunggu pun tiba. Acara di ponpes Mawar akan dimulai jam 8 pagi, aku dan yusuf pun berangkat pagi-pagi berboncengan menuju Lamongan. Di pagi hari itu berkendara terasa agak enak, mungkin karena hari libur jadi arus kendaraan yg melintas tidak sepadat biasanya. Jumlah truk ala optimus prime pun relatif sedikit yg terlihat. Sepeda motor pun leluasa untuk digeber kencang.

kurang lebih dua jam perjalanan akhirnya sampai juga kami di ponpes yg memiliki santri sekitar 500 orang tsb. Disana kami bertemu dengan ustad fauzan, ustad yg sedari awal keukeh meminta yusuf untuk mengajakku ke pondok tsb. Tak lama kami berbincang-bincang dgn ustad muda tsb, kami pun segera beranjak menuju ke aula tempat berlangsungnya acara. Disana para siswa dan siswi MA sebanyak 150 orang sudah menunggu.

Aku buka file ppt yg ada di laptop. Ya, slides ppt yg baru selesai dibuat jam 2 pagi sebelum berangkat. Slides yg tidak menarik sama sekali. Ala dosen banget, slides yg full dengan tulisan dan tanpa ilustrasi gambar, dll. Maklum last-minute man. Kalau tidak mepet waktunya tidak segera dikerjakan. Walhasil, ppt jelek. Maafkan saya ustadz.

Sesi presentasi dimulai, slide demi slide pun dipaparkan, sembari diselingi pertanyaan dari para audience. Sesi tanya jawab pun dijawab oleh yusuf dan aku secara bergantian. Tulisan yg mereka buat beberapa cukup bagus. Cuma sayangnya kesalahan terfatal yg mereka buat adalah menggunakan format penulisan karya ilmiah. Namun demikian, apa yg sudah mereka lakukan tetap harus mendapat apresiasi. Mereka pun cukup aktif bertanya. Bagiku, siswa yg Masih MA sudah berani untuk menulis itu sudah bagus. Sudah berani mencoba itu sudah hal yg luar biasa. Mereka butuh untuk terus didorong agar tak perlu ragu untuk mencoba. Terus menyibukkan diri dengan membuat kesalahan sebanyak-banyaknya, karena hanya belajar dari kesalahanlah kemampuan seseorang akan semakin terasah. Perfection is a journey. Just do it. Just try to experiment.

Akhirnya acara pun berakhir. Kami kembali ke ruang asatidz. Saya pun dapat masukan dari Ustad fauzan, beliau berujar kalau ada beberapa penyampaian saya yg pilihan katanya “terlalu tinggi” bagi mereka. Terima kasih ustad for the suggestion. Saya memang juga masih perlu mengasah keterampilan bagaimana menyampaikan kepada peserta dengan bahasa yg mudah dicerna bagi mereka. Keterampilan untuk menyampaikan apa yg kita maksud dgn bahasa yg dalam istilah Alquran disebut dgn “Qaulan baligho”. Menggunakan bahasa yg audience-oriented. Kata-kata yg sesuai dengan tingkatan kognitif audience. Kemampuan semacam itu adalah sebuah keterampilan. Bisa diasah hingga mencapai level yg semakin tinggi. Duh gusti, memang butuh waktu bagiku untuk terus belajar agar kesalahan yg sama tidak terulang lagi.

Mengutip sebuah kalimat dari salah seorang dosen dari UPI Bandung, Prof. Chaedar Alwasilah, “Exclusive intellectuals are simply ivory towers when their expertise is not understood by others.” Seorang yg intelek itu ibarat menara gading jika kepakaran yg dimilikinya tak mampu dipahami oleh orang lain. Na’udzubillah. Tidak ada yg ingin menjadi menara gading, yg kita inginkan adalah menjadi mercusuar bangsa.

Sebelum meninggalkan pondok tsb, terlebih dahulu ustad fauzan mengajak kami berfoto-foto bersama para siswa. Mau dimasukkan kalender katanya, haha. Sesi pemotretan selesai, akhirnya kami pun pamit balik ke Surabaya. Sepanjang perjalanan pulang rupanya hujan selalu mengguyur jalan. Langit agak cerah tapi hujan masih saja turun. Hujan seperti ini kalau kata Gumiho namanya fox rain :D

Sesampainya di Surabaya, badan capek semua dan menuntut untuk segera diistirahatkan plus membayar hutang tidur yang belum belum terbayar lunas. Tapi ada rasa senang yg menggelayuti pikiran. Rasa senang karena telah memberikan hal yg menurut kita tidak berarti, tapi menurut orang lain sangatlah berarti. Alhamdulillah.

Man kaana lahu maalun falyatashoddaq bi maalihi, wa maan kaana lahu quwwatun falyatashoddaq bi quwwatihi, wa man kaana lahu ‘ilmun falyatashoddaq bi ‘ilmihi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar