Selasa, 29 Mei 2012

Naik Bus Ponorogo - Surabaya (catatan kecil di awal tahun)

Tak terasa setahun lamanya kami menghabiskan waktu di Ponorogo. Ya, berangkat ke Ponorogo tahun 2011 dan pulang lagi ke Surabaya tahun 2012. Kami berlima balik ke Surabaya dengan menggunakan bus. Aku pun duduk bersama temanku (Novan alias Cak Mbenk). Namun, tidak seperti Novan yg bisa tidur nyenyak di dalam bus, menutup mata sejenak dengan tenang rupanya cukup sulit bagiku, terlebih sehari sebelumnya ada kabar bahwasanya sebuah bus berinisial SK mengalami kecelakaan di Madiun dengan merenggut enam korban jiwa. Meskipun kami tidak naik SK, tapi tetap saja naik bus waktu itu terasa agak horor akibat berita kecelakaan tsb. Kalau ada kereta, pasti kereta akan menjadi pilihan. Bagiku, kereta adalah moda transportasi yang jauh lebih menyenangkan.

Terlelap sebentar saja sudah dikagetkan dengan bunyi klakson bus yg sering kali menjerit sepanjang perjalanan. Bus suka ‘mengusir’ kendaraan di depannya agar mudah untuk menyalip. Apalagi kalau klakson dibunyikan cukup panjang dan disertai dengan berhentinya bus secara tiba-tiba, cukup memacu adrenalin di malam hari. Pengemudi bus antar kota memang cukup dikenal sebagai pengemudi yang suka ngebut. Manuver dalam berkendara maupun jeritan-jeritan klakson sudah menjadi bumbu dalam pekerjaan yg mereka tekuni.

Berita tentang kecelakaan bus sudah tidak asing lagi terdengar di telinga. Entah siapa yang harus disalahkan. Yang jelas kesalahan tidak bisa dilimpahkan hanya kepada supir saja. Kebijakan dari manajemen PO disinyalir juga membuat para supir seperti kesetanan dalam mengendarai bus. Target setoran, lama perjalanan bus harus sesuai schedule dan gak boleh molor, alias kejar waktu dan target, walhasil kadang kehati-hatian dalam berkendara dikesampingkan.

Tidak tepat jika hanya menyalahkan para sopir bus. Kalau kata Quraish Shihab, pria itu akan lebih takut mati ketika ia memiliki anak dan istri. Mayoritas supir bus adalah pria yg sudah berkeluarga. Kalau sudah seperti itu, percayalah tidak ada supir yg berani mati. Karena dia pun juga sangat sayang akan nyawanya dan inginnya berhati-hati dalam berkendara. Namun apa daya, ada hal yg membuat mereka terpaksa.

Maka dari itu, harus ada pembenahan di tubuh PO. Pembenahan apa? pembenahan kultur dan struktur. Ibarat menyuruh orang membuang sampah, tidak mungkin menyuruh masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya jika ternyata tidak ada tempat sampah yg tersedia. Sama halnya dengan PO. Budaya berkendara hati-hati perlu digalakkan. Tapi tidak mungkin juga menyuruh para supir untuk mengemudi dengan hati-hati, sementara dia memang harus ngebut untuk kejar setoran. Pembenahan struktur disini bisa berupa pembenahan terkait kebijakan manajemen tentang gaji, kondisi kendaraan, standar supir, de el el. Tidak cukup sekedar menegur perusahaan bersangkutan, mencabut izin trayek, atau bahkan mencabut izin usaha. Kalau struktur tidak dibenahi, sekalipun bus SK dilarang dan ditarik dari peredaran, maka akan muncul PO – PO lain yg akan menggantikannya sebagai fasilitator malaikat izrail.

Bagaimana tidak? Coba tengok sekilas kondisi terkini di republik ini. Pada akhir tahun 2011 peringkat surat utang pemerintah RI naik menjadi investment grade setelah menunggu selama 13 tahun, yang ber-impact pada semakin derasnya aliran investasi dari luar negeri ke Indonesia. More investment, more jobs will be created. Saat negara lain sedang mengalami krisis dan resesi ekonomi. Indonesia ini malah tumbuh dengan perkasa. Sebagai konsekuensinya, pertumbuhan masyarakat kelas atas dan menengah di Indonesia semakin subur. Sehingga akan banyak muncul OKB (Orang Kaya Baru) beberapa tahun ke depan. Para pengusaha otomotif pun memperkirakan tahun 2012 penjualan mobil di Indonesia akan mencapai 1 juta unit, dan akan menumbangkan Thailand sebagai negara dengan tingkat penjualan otomotif tertinggi di asia tenggara.

Intinya, jumlah kendaraan yg berseliweran di jalan akan semakin banyak dalam beberapa tahun ke depan. Namun, pertambahan dan perluasan ruas jalan di tanah air lebih lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan penjualan mobil. Bayangkan saja, jumlah jalannya bertambah sedikit, jumlah kendaraan di jalan semakin banyak, sedangkan para supir bus tetap harus ngebut. Bisa diperkirakan jumlah kecelakaan lalu lintas beberapa tahun ke depan jika kondisi tersebut memang terealisasi.

Dan tidak enak rasanya jika nanti ada orang bilang, kalau ingin menguji adrenalin, di jakarta kita bisa nyoba wahana tornado di dufan, tapi kalau di jatim uji adrenalinnya bisa dengan naik bus SK, hehe. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar